Nilai Pokok Pendidikan di Kolese Le Cocq d’Armandville
Tujuan Pendidikan Jesuit
Man for & with Others
Maka, profil lulusan dari siswa-siswi sekolah Yesuit adalah seseorang yang berwawasan luas, kompeten secara intelektual, terbuka pada perkembangan, religius, memiliki kasih, dan berkomitmen untuk menjalankan keadilan. Profil ini dirangkum dalam 4 nilai pokok: Competence, Conscience, Compassion dan Commitment (4 C).
Competence (Pribadi yang Kompeten)
Memiliki kemampuan akademik yang unggul dan menjadi orang yang dapat diandalkan. Pribadi yang mau terus belajar. Tidak dapat disangkal bahwa tujuan dari pendidikan adalah mengupayakan perkembangan intelektual secara maksimal dengan upaya belajar terus menerus. Oleh karena itu upaya untuk mengejar keunggulan dalam bidang akademik menjadi salah satu fokus di dalam proses pendidikan. Namun, keunggulan akademik tidak pernah berhenti hanya pada penguasaan informasi sebanyak-banyaknya, melainkan juga pencarian akan informasi yang benar. Pencarian kebenaran itu diperoleh lewat kedalaman dan kemampuan berfikir secara kritis terhadap informasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Pater Adolfo Nicolas, SJ: “Saya tidak pernah ragu bahwa universitas (red. sekolah) kita memiliki karakter untuk selalu mengejar keunggulan dalam belajar, mengajar dan penelitiannya. Saya hendak menaruh ini dalam konteks tradisi Ignasian yaitu “kedalaman berfikir dan berimaginasi” (depth of thought and imagination).
Compassion (Pribadi yang Berbelarasa)
Kepedulian dan bela rasa terutama terhadap mereka yang lemah, tersingkir, miskin dan tidak berdaya di dalam masyarakat menjadi perhatian utama pendidikan Yesuit. Pater Arrupe pernah mengungkapkan dalam kongres alumni sekolah Yesuit di Eropa tahun 1973 tentang pentingnya “diakonia fidei” (pelayanan iman) dalam pendidikan Yesuit: “Saat ini tujuan utama pendidikan kita haruslah untuk membentuk manusia-manusia bagi sesamanya (men for others); manusia-manusia yang hidup tidak untuk dirinya sendiri tetapi untuk Tuhan dan Kristus – Allah-Manusia yang hidup dan wafat bagi seluruh dunia; manusia yang yakin bahwa cinta pada Allah tidak dapat tidak harus disertai dengan cinta pada mereka yang kecil; manusia yang sepenuhnya yakin bahwa cinta pada Allah yang abai pada persoalan keadilan hanyalah lelucon.” Oleh karenanya, sekolah Yesuit harus memiliki standar pendidikan yaitu untuk membentuk manusia utuh yang bersolider pada dunia masa kini. Dan solidaritas atau bela rasa ini hanya terwujud melalui perjumpaan, bukan hanya melalui konsep. (Kolvenbach, 2000)
Conscience (Pribadi yang Berhatinurani)
Dalam pencarian ilmu pengetahuan, sekolah Yesuit selain dituntut untuk serius dan mendalam, ia juga dituntut untuk mengakar dalam iman dan terbuka pada dialog dengan semua orang yang memiliki kehendak baik. Sekolah-sekolah Yesuit tidak hanya diminta untuk taat pada kaidah-kaidah ilmu pengetahuan, tetapi juga akhirnya merangkul kenyataan hidup manusia demi menciptakan dunia yang semakin layak bagi kehidupan milyaran manusia yang mendiaminya. Maka, penanaman moral dan pembinaan hati nurani menjadi bagian penting dalam pendidikan di sekolah Yesuit. Para siswa sekolah Yesuit diharapkan bisa memilah dan menimbang hal yang benar dan keliru dalam bertindak atau menjadi pribadi yang memiliki hati nurani yang benar. Hati nurani adalah kemampuan internal untuk menilai setiap tindakan berdasarkan kriteria moral baik dan buruk. Pribadi yang hati nuraninya terasah, ia akan hidup dalam kompas nilai-nilai yang baik. Siswa juga diharapkan menjadi pribadi yang mengenal dirinya sendiri dan memiliki kepekaan untuk membaca situasi yang ada berdasarkan kriteria-kriteria moral yang ada di dalam dirinya. Salah satu pembinaan yang dibuat sekolah Yesuit adalah dengan mengadakan eksamen (examen conscientiae / pemeriksaan kesadaran). Eksamen menjadi instrumen pokok pembinaan hati nurani, karena di dalamnya orang diajak untuk menyadari gerak-gerak kehendak yang muncul dalam dirinya setiap saat, baik itu kehendak yang mengarah pada kebaikan atau sebaliknya pada yang jahat.
Commitment (Pribadi yang Berkomitmen)
Masih terkait dengan bela rasa, bahwa bela rasa harus diwujudkan dalam sebuah tindakan nyata, bukan melulu konsep belaka, maka membantu menciptakan keadilan di dalam masyarakat dan mengupayakan pemeliharaan alam dan lingkungan hidup secara nyata menjadi tuntutan yang tak terhindarkan. Usaha-usaha ini membutuhkan sebuah komitmen. Mempromosikan keadilan adalah unsur yang paling mendasar. Ini adalah misi yang berakar dalam keyakinan akan suatu komunitas dunia baru yang bersifat adil, penuh cinta kasih, dan damai. Untuk ini dibutuhkan pendidikan orang-orang yang kompeten, berhati nurani yang benar dan berbelarasa, pria dan wanita yang berkomitmen untuk bekerja bagi kebebasan dan martabat semua orang, yang berkehendak untuk melaksanakannya dalam kolaborasi dengan orang-orang lain yang berdedikasi untuk mengadakan pembaruan masyarakat dan struktur-strukturnya. Pendidikan dalam iman dan bagi keadilan dimulai dengan mengormati kebebasan, hak, dan kemampuan individu maupun komunitas untuk menciptakan perubahan hidup bagi diri mereka. Ini berarti bahwa pendidikan Yesuit berusaha mendampingi orang muda untuk masuk ke dalam pengorbanan diri dan kegembiraan berbagi hidup dengan orang lain. Ini berarti menemani mereka untuk memahami dan menghargai bahwa orang lain adalah harta mereka yang paling berharga. Ini berarti berjalan bersama. Ini berarti berjalan bersama mereka dalam pengembaraan menuju pengetahuan, kebebasan dan cinta yang lebih besar. Ini adalah bagian yang paling pokok dalam evangelisasi baru sebagaimana Gereja memanggil kita.